Bincang 13 Menit Bersama Bayu dan Kevin Elephant Kind - berandaagung

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Senin, Agustus 13, 2018

Bincang 13 Menit Bersama Bayu dan Kevin Elephant Kind

 

Saya ditemani Novi dan Ojan, dari Terkam Media sebagai rekan media lokal mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan band tamu di acara Madani Art Show (MARS) ke-5, Elephant Kind. Pada Sabtu (4/8) malam itu, cukup singkat pembicaraan kami yang hanya sekedar saling memetik kesan dan pesan, sementara band tamu lainnya, Mocca, sedang beranjak menuju panggung untuk menutup acara. Sesaat Kevin dan Bayu Elephant Kind yang meluangkan waktunya, sedangkan personil lain sedang istirahat karena kelelahan. Pertanyaan saya sebenarnya hanya beberapa butir namun jawaban mereka yang kemudian memunculkan pertanyaan lainnya. Singkatnya, saya menguraikan pembicaraan kami seperti ini..

# Bagaimana kesan manggung pertama kali di Palu?
Antusiasme pengunjung Pensi heboh banget yah! Mungkin karena ini sebagai satu acara besar yang kelihatan mengapresiasi musik. Apalagi juga ternyata ada penampilan keren dari band lokal, Badass Monkey, yang tentunya mendapatkan dukungan dari teman-teman sekalian. Selanjutnya mungkin kalau bisa mengundang lebih banyak lagi band-band lokal lainnya. Kami sangat senang mendapatkan kesempatan main sepanggung di daerah dengan teman-teman band lokal.


# Selama manggung di daerah-daerah, bagaimana pandangan Elephant Kind melihat eksistensi atau movement Band lokal?
Berbicara dari sisi Elephant Kind sendiri, kami dibesarkan di era digital dengan pemanfaatan platform media, seperti Spotify, dan sebagainya. Hal itu yang membuat distribusi karya musik kami lebih cepat sampai ke publik, dibanding dengan band-band di era sebelumnya. Platform itu dapat digunakan oleh band-band lokal juga.

Jadi teman-teman band lokal gak usah malu sih! Kalau memang kalian punya karya bagus, ya dikeluarin aja. Harus yakin dapat menggait publik sesuai dengan apa yang kalian sajikan. Perlu diperhatikan karya itu mesti benar-benar terkonsep dengan baik, seperti dari segi audio, visual dan lain sebagainya.

# Terkait sentralisasi industri musik di Jakarta, apakah band lokal mesti mengikuti kontestasi di sana? Atau melakukan survive di daerah masing-masing saja?
Ini pertanyaan yang menarik! Jadi kami pernah mendiskusikannya bersama Iga Barasuara, Danila, dan beberapa teman-teman lainnya. Untuk menjawab pertanyaan itu kami sedang mengembangkan sebuah platform bernama Selat.id yang bertujuan untuk mengangkat musisi-musisi dari berbagai daerah yang memiliki potensi bagus, tetapi terkendala dalam hal distribusi karya.

Kami melihat bahwa band di daerah-daerah itu tidak mesti berhijrah ke Jakarta, tetapi bagaimana membuat visi dan mengeksekusinya dengan banyak cara agar membuktikan kualitas karya kalian. Termasuk memperbanyak manggung untuk mengumpulkan massa. Ketika kalian memiliki massa itulah yang dapat menarik perhatian orang dari berbagai kalangan maupun penyelenggara acara di Jakarta dan dimanapun.

Selagi band itu punya karya bagus, percaya diri aja, karena sebenarnya band di daerah sama saja dengan band terkenal di Jakarta, hanya saja pengalamannya yang mungkin berbeda. Hal lain menurut kami, pengemasan perlu diperhatikan. Terlebih lagi, ekosistem dari industri musik lokal harus dibangun dan saling mendukung agar dapat membawa karya-karya itu nantinya meluas ke daerah lainnya. Terus saja berkarya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad