Kehadiran Sekolah Perempuan Mosintuwu dengan program ekonomi
solidaritas, telah menginisiasi
ibu-ibu di desa Bancea, kabupaten Poso untuk mengolah komoditi kopi
dan mengembangkannya menjadi produk khas Poso.
Martince Baleona sebagai koordinator Lapangan di Sekolah
Perempuan Mosintuwu, mengatakan kurikulum ekonomi solidaritas mengajarkan
kepada ibu-ibu mengenai cara menjalankan kegiatan usaha dengan melihat potensi
daerah, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Rabu
(24/5/2017).
“Dari hasil analisis sumber daya alam yang kami lakukan,
kami mengetahui terdapat kopi di Desa Bancea, kecamatan Pamona Selatan sebagai
komoditi daerah yang dapat diolah menjadi sebuah produk unggulan”, ujarnya.
Eksistensi Kopi Kojo dimulai pada 2014, yang diproduksi oleh
ibu-ibu dari Desa Bancea, kecamatan Pamona Selatan. Kebun kopi di Desa Bancea
sudah ada sejak tahun 1912 dibawa oleh Hindia Belanda. Perkebunan kopi ini
mulai berkembang tahun 1955 hingga mencapai 150 Ha, tapi masuknya kakao pada
1993 sempat mengurangi areal perkebunan kopi, hingga saat ini menjadi 5 Ha.
Martince menambahkan bahwa saat ini dari kegiatan Sekolah
Perempuan Mosintuwu kami mencoba untuk memulai kembali menghidupkan tanaman kopi
sebagai potensi sumber daya alam yang dapat dikelola. Selain mempertahankan
kearifan lokal daerah ini, Kopi Kojo mempunyai keunggulan aroma dan rasa yang
khas melalui proses yang secara manual.
Produksi Kopi Kojo setiap bulannya menggunakan 100kg biji
kopi, yang kemudian dikemas dalam bungkusan 100gram seharga 15ribu.
Pengerjaannya pun dilakukan oleh ibu-ibu petani dan pembuat kopi yang juga
anggota sekolah perempuan mosintuwu.
Penjualan kami belum terlalu dikenal secara nasional, namun
kami terus berusaha dengan mempromosikannya melalui komunitas serta mengikuti
berbagai kegiatan. Kami juga didukung oleh institut Musintuwu, yang juga banyak
membantu dengan mengarjakan serta mempromosikannya ke berbagai daerah secara
nasional maupun internasional. Ungkap Martince.
Martince juga menerangkan saat ini komunitasnya belum
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, padahal komoditi kopi yang diolah
sangatlah serius. Ke depannya diharapkan agar kopi ini bisa dikelolah bersama
dengan pemerintah dan masyarakat.
Kami sangat mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah ke
desa kami. Kami ingin adanya pemberdayaan kepada ibu-ibu untuk bekerja dalam
kelompok, selain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, kegiatan kami juga
menjalin hubungan baik masyarakat, tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar