Sepekan sebelum memasuki bulan puasa, pada
laporan bina pasar dan distribusi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sulawesi Tengah, di Kota Palu dan sekitarnya, harga komoditi daging masih
terbilang standar; ayam broiler sekitar Rp.27ribu per ekor dan daging sapi
sekitar Rp.107ribu per Kg.
Keadaan di pasaran memasuki pekan pertama, harga
daging menimpang dari standar harganya. Terdapat variasi harga di pasar
tradisional maupun modern, yang dimana harga daging ayam broiler mencapai
sekitar Rp.40-50an ribu per ekor, sedangkan ayam kampung Rp.50-60an ribu, dan daging sapi sekitar Rp.100-190an ribu per Kg-nya.
Dari hasil penelusuran harga tersebut memang
sudah beredar menjelang momen bulan puasa. Salah satu pedagang, mengatakan
harga itu memang standarnya berhubung krisis yang berkelanjutan dirasakan masyarakat saat
ini, apalagi memasuki momen bulan puasa dengan kebutuhan yang semakin meningkat.
Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri
Indonesia (KADIN) cabang Kota Palu, Mohammad Nur Sihaka, menyampaikan seharusnya
di bulan ramadhan itu orang-orang bisa lebih berhemat, tetapi tidak pada
kenyataanya, karena memang terbalik di masyarakat kita itu justru di momen ini
kebutuhannya meningkat. Senin (29/5/2017).
Lonjakan harga itu normal saja, memang wajar
di momen tertentu. Pemerintah bisa mengantisipasi jika memang itu diluar batas
kewajaran dari harga normal. Catatannya kita perlu diwaspadai jangan sampai ada
kartel yang bermain dalam perdagangan, ujarnya.
Ia juga menghimbau ke peternak maupun penyalur
daging untuk saling menjaga perdagangan agar tetap sehar dan tidak terjadi ketimpangan
harga yang luar biasa. Perlunya menjaga stabilitas harga untuk mengurangi
inflasi di Kota Palu, apalagi dalam bulan puasa ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa harga
daging atau apapun itu akan naik secara otomatis menjelang hari raya mendatang,
karena ketersediaan yang terbatas dengan permintaan yang meningkat pastinya
akan mempengaruhi harga.
Jumlah ketersediaan daging di daerah ini kan tidak
pernah bisa diekspos secara menyeluruh, sehingga dapat dengan mudah dimainkan
oleh siapapun tanpa ada kontrol yang ketat. “Kita tidak punya database tentang jumlah
peternak maupun penyalur di daerah ini. Itulah yang menjadi pekerjaan kita
semua, perlu adanya kejujuran menjaga stabilitas pasar, seperti pada saat tertentu
kebutuhan itu meningkat”, ungkap Nur.
Sekarang pemerintah daerah terlalu berfokus
pada harga pangan yang mulai stabil, namun hal-hal kecil terkadang masih lalai
dalam pengontrolan, contoh kasus harga komoditi cabai yang pernah melonjak
diluar batas kewajaran.
Khusus komoditi daging, memang terdapat
program subsidi pemerintah yang dari tahun ke tahun dijalankan melalui
penyaluran ke produsen yang disasar, namun pada realisasinya harga daging masih
terbilang tinggi tanpa ada penekanan di pasaran.
“Saya yakin bahwa intervensi pemerintah
terhadap pasar itu bukan saja di bulan puasa, tapi setiap saat. Minimalnya mengontrol
ketersediaan stok, dengan catatan tetap memperhatikan dan memantau harga di
masyarakat”, jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar