Ini kali pertama Seringai berkunjung ke Kota Palu sebagai band
bintang tamu dalam gelaran Pentas Seni (Pensi) yang berlangsung di SMA
Negeri 1 Palu, 2 Maret 2014 lalu. Kehadiran mereka pun begitu mengundang
antusias dari para kawula muda yang berada di Kota Palu, agar segera bergegas
memilki tiket masuk pada sebuah gelaran yang akan menampilkan salah satu band
ternama yang berasal dari daerah Ibukota Indonesia, Jakarta.
Pada kesempatan gelaran acara tersebut, Saya mewakili
Majalah Terkam bersama kerabat media lainnya tak ingin ketinggalan sebuah sesi
tanya jawab kepada Seringai. Sehari sebelumnya, konfirmasi ke pihak panitia pun
telah dilakukan. Adanya informasi mengenai keberadaan Seringai yang mungkin
tidak lebih dari 24 jam beraktifitas di Kota Palu. Maka, kegiatan wawancara pun
juga akan terbilang sangat singkat.
Direncanakan sebelumnya, jadwal sesi wawancara ditetapkan
akan berlangsung di hotel tempat para personil Seringai berinap. Kesiapan
mewawancara telah terlaksana, kehadiran dilakukan tepat pada jam 1 siang sesuai
perencanaan. Sayangnya beberapa menit kemudian harus terlewatkan untuk menunggu
tampang dari para personil Seringai. Namun secangkir kopi yang ditraktir oleh
kerabat media yang juga hadir saat itu, serasa sebagai pelepas rasa sungkan
untuk memulai sesi wawancara. Lalu tetap menunggu!
Berlalu 30 menit kemudian, waktu menunjukan jam 1 lewat
seperempat, panas matahari pun berhasil masuk di ruang setempat. Dan seketika,
para personil Seringai terlihat berjalan menuju ke ruang kafe di hotel
tersebut. Bergegas mengambil tindakan, kemudian sesegera menghampiri mereka.
Pertemuan pun berlangsung di ruang kafe hotel. Kursi yang mengelilingi sebuah
meja makan di kafe itu bisa terbilang amat sempit dan saling berdekatan.
Walaupun demikian, terlihat ada yang kurang dari formasi
Seringai saat itu. Salah satu personilnya, yakni Edy Khemod selaku drummer,
tidak dapat hadir saat itu. Berhubung kondisi kesehatannya sedang terganggu,
jadi Edy harus menjalani pemulihan cedera yang dialami pada bagian lututnya.
Dan penampilan Seringai diisi oleh seorang drummer dari salah satu band
sejawatnya.
Tidak lagi menunggu waktu yang lama, dan sesekali kuping
dipertajam untuk mendengarkan mereka membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Kemudian Arian, sang vokalis, bersama Sammy, Bassis, terdengar bersuara
semrawut, mungkin saja mengajak untuk segera memulai wawancara pada siang itu.
Lalu, Riki sang Guitaris, berbicara sepatah kata, "ayo! mari kita
mulai". Wawancara pun dimulai.
Halo, Seringai! Ini adalah kedatangan pertama kalian di Kota
Palu. Bagaimana kesan kalian atau pandangan pertama tentang Kota Palu?
Arian, Sammy, Riki: Yeah! Halo.
Sammy: Kami belum jalan kemana-mana sih.
Arian: Ya, jadinya belum ada kesan.
Sammy: Iya! Kami kan datangnya malam. Jadi, pas baru tiba
kesan pertamanya itu yah lapar. Hahaha.. Dan akhirnya kenyang, setelah satu jam
kemudian.
Riki: Kesannya belum ada. Tapi mengenai Kota Palu,
sebelumnya saya sudah sering dengar dari teman saya tentang pergerakan musiknya
saat ini.
Apakah kalian pernah terpikir sebelumnya bahwa Seringai akan
diundang sebagai bintang tamu pada gelaran Pensi SMA di Kota Palu?
Sammy: Mungkin saja terpikir. Maksud saya ya karena kami
juga banyak sekali yang mengundang ke kota-kota yang belum pernah kami datangi.
Dan kedatangan itu biasanya diundang ke acara Pensi SMA. Contohnya saja, sebelum
disini kami juga pernah main di acara Pensi SMA di Makassar.
Arian: Ya, di Semarang juga pernah.
Kira-kira jika ada dua penawaran manggung di Kota Palu dalam
waktu yang sama, dengan penyelenggara yang berbeda antara pihak EO (Event
Organizer) ternama dan komunitas underground. Manakah yang akan dipilih oleh
Seringai?
Arian: Ya, kedua-duanya kan bisa jadi EO. Apa maksudnya ada
dari salah satu tawaran dengan harga yang lebih rendah? Oke, menurutmu
bagaimana? Hahaha.
Sammy: Sebenarnya yang kayak begitu itu, mana yang lebih
duluan saja.
Arian: Ah! Harusnya mana yang benar sajalah.
Riki, Sammy: Hahaha..
Arian: Kami juga tertarik dengan komunitas yang mungkin kami
belum pernah datangi Kotanya. Ya, asalkan acaranya harus jelas. Dari pada nanti
kami dirugikan? Toh, kami punya kesibukan lain, ada yang berkeluarga, dan kami
juga punya kegiatan sehari-hari. Mendingan pilih yang pasti-pasti dan semuanya
benar. Sebaliknya, ada juga EO yang sepertinya besar, dengan tawaran bayaran
yang oke, tapi kacau juga. Jadi, saya tidak memilih antara yang mana
underground atau no underground. Aaahh..!! Persetan.
Seringai termasuk salah satu band indie yang begitu dikenal
oleh kalangannya. Apa upaya yang paling berkesan dilakukan oleh Seringai untuk
menjadi sebuah band yang memiliki kapasitas dan kualitas di hati para
penggemarnya?
Sammy: Mungkin yang paling berkesan adalah pengerjaan album
terakhir ini. Kami mengerjakannya sendiri, mulai dari proses perekaman,
penggandaan kaset, dan kami tak begitu bergantung sepenuhnya pada pihak label.
Riki: Sampai-sampai juga uangnya habis dan tidak bisa
promosi. Walaupun begitu, pada akhirnya berbuah juga. Hahaha..
Sammy: Waktu pengerjaan album tersebut sekitar 5 tahun. Dan
hasilnya juga adalah yang paling kami nikmati, salah satunya seperti bagian
royalti yang bisa kami kontrol sendiri.
Masing-masing personil Seringai pasti memiliki tujuan dalam
pembentukan sebuah band. Bagaimana cara Seringai membangun komitmen diantara
para personil lainnya? Apalagi Seringai, terbilang sebagai salah satu band
indie yang cukup lama bergelut di dunia musik! Apakah pernah ada diantara para
personil yang seketika tidak punya semangat menjalani pekerjaan sebuah band?
Sammy: Ah! Kami tidak ada yang pernah hilang semangat, atau
patah semangat sih. Justru malahan sebuah band itu adalah obat dari segala
masalah.
Riki: Memang passion kami sudah di band.
Arian: Kita telah sadari di Indonesia itu kalau band mu
tidak seperti Noah atau seperti si Agnes Monica, yah tidak akan bisa hidup di
dunia musik. Mereka itu keluaran albumnya langsung penuh. Karena mereka bisa
meninggalkan pekerjaan lain dan benar-benar terfokus. Beda lagi kalau sebuah band
yang seperti kami ini, yang biasanya para personilnya itu punya pekerjaan lain
selain nge-band ya untuk menghidupi band juga sih.
Terbentuknya kelompok penggemar Seringai di Kota Palu, yang
bernama Serigala Militia Palu. Bagaimana pendapat kalian tentang hal itu?
Apakah nantinya bisa terjalin hubungan yang solid?
Riki: Yang jelas Seringai belum pernah main di Palu,
sepertinya respon mereka lumayan besar. Jadi saya mau lihat mereka seliar apa!
Hahaha..
Sammy: Susah juga terpisah jarak yang cukup signifikan dari
para penggemar. Yah semoga saja mereka bisa jadi penggemar Seringai hingga masa
yang akan datang.
Arian: Yah! Sebenarnya sih selama kami bisa
pertanggungjawabkan karya. Tetapi juga, bukan berarti kami harus memanjakan apa
yang mereka mau. Kami selalu membuat karya yang sesuai dengan apa yang kami
rasa itu tepat. Walaupun ada penggemar yang biasanya menggemari secara
terus-menerus, tapi ada juga yang hanya menggemar di waktu tertentu saja.
Setelah tampil di Kota Palu, adakah harapan atau pesan ingin
disampaikan oleh Seringai?
Riki: Mmm.. Kami selalu senang jika diundang dan apalagi
kalau acaranya juga seru.
Sammy: Yah! Semoga acara Hammer Sonic bisa mampir di Palu.
Hahaha.. Kan cocok juga itu namanya, Hammer Sonic di Palu, atau Palu Sonic.
Riki: Saya sempat dengar bahwa di Palu ini komunitas dan
lifestyle musik-nya hidup. Ya mungkin harapannya, siapa tahu nanti Seringai
bisa lagi main disini, misalnya seperti di acara festival dan lain sebagainya.
Arian: Sebaliknya juga harapan saya, mungkin nanti bisa ada
band band Palu yang me-nasional. Bisa dibilang band yang me-nasional itu kan
hanya terdengar di wilayah Jawa. Sedangkan di Kota-kota lain, kemungkinan ada
hambatan. Misalnya dari segi fasilitas, infrastruktur, atau juga mungkin
beberapa sisi kreatif lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar