Sumber Ilustrasi: google.com |
Ow shitt, i’m fucking
boring. Gerutu itu
menjadi kalimat pembuka yang meresahkan rasanya, namun cukup kuat menginterpretasikan
situasi dan kondisi saya ketika memulai sebuah karya tulis ini. Yak, ini memang
sebuah kegelisahan sekaligus resah berkecamuk yang bercampur dengan
ketidakpuasan pada produktivitas aktifitas berkarya yang kian menoton dan
cenderung merosot, mungkin penggunaan kata-kata itu berkesan lebay, namun memang disengaja agar memiliki
imajinasi tersendiri dalam meresponnya hehehehe.
Apa yang terjadi pada dirimu? Yak, kalau ditanya seperti itu
mungkin jawabannya adalah kebosanan. Peristiwa kebosanan itu dipicu oleh
berbagai alasan, seperti aktifitas yang terus berulang dilakukan tanpa tau
setelahnya harus berbuat apa lagi. Hmmm
sebut saja itu semacam deadlock. Pengartian
bosan disini bukan karena menunggu suatu hal atau mengharapkan sesuatu yang
berujung dengan kepalsuan akibat terlalu nafsu berharap, bukan.. bukan seperti
itu. Bosan disini dalam ruang lingkup produktivitas kehidupan manusia atau
menumbuh kembangkan diri yang meliputi berbagai hal, bisa dari segi literasi,
bermanusia, ataupun berskeptis ria yang sifatnya aplikatif. Keadaan stagnansi
pun disematkan, dimana beberapa kali berpikir soal keinginan, namun realitasnya
keinginan itu tak jalan beriringan dengan kenyataan arrrggghhhhhh : (
Jikalau direpresentasikan konotasi bosannya seperti ketika
menonton film seru, heboh, keren dan mencengangkan yang pokoknya fucking awesome ditonton dan membuat penontonnya
tak beranjak dari depan layar televisi atau monitor, namun jika ditonton secara
terus menerus film tersebut pada akhirnya akan menjadi bosan juga ditonton. Ataupula
ketika mendengarkan lagu kesukaan pada sekantung album Mp3 dari salah satu band,
namun jika didengarkan secara terus menerus ada waktunya akan bosan juga dan
mengganti playlist Mp3 yang baru. Huffftttt yahhhh : (
Sehingga rasanya perlu ada semacam strategi jitu untuk
memantik dan mengintimidasi mindset,
agar proses penguluaran benda yang bersarang di otak ini berjalan secara
aplikatif, lantas saya teringat kembali ketika terlibat suatu perbincangan
santai bersama kerabat sejawat pada sebuah kongkow singkat malam itu, dimana
saya menjadi seorang pendengar diantara perkumpulan manusia-manusia itu.
Seorang kerabat yang rasanya seakan berkeluh kesah pada dirinya sendiri,
menanyakan sebuah masalah tentang perubahan/motivasi diri dalam perspektif
pembenahan diri pada kerabatnya juga, yang diyakini dapat menuai solusi, waw
serius yah hehehe. Hmmmm mendengar topik kala itu, jika
saya sangkut pautkan dengan masalah saya di atas, mungkin bisa dijustifikasikan
itu sama saja seperti mengusir kebosanan hehehe.
Dan setelah proses bertanya telah usai diutarakan, tentang bagaimana menyikapi
pembenahan diri itu, lantas si penjawab pun menjawab dengan berupa saran.
Sumber Ilustrasi: google.com |
Namun dari sekian saran dari penjawab utarakan, saya paling
ingat ketika momen si penjawab berkomunikasi menggunakan bahasa verbal dan non
verbal, yakni sambil berbicara dia menggunakan alat peraga, dengan mengambil sebuah
gelas yang berisi air teh bercampur abu rokok di dalamnya, yang sengaja dipilih
yang sifat airnya keruh. Lalu dia meminta air mineral yang kemudian air mineral
itupun dituang kedalam gelas berisi air keruh itu, terus dituang hingga air
keruh itu meluap keluar dan tergantikan dengan air bening di dalamnya. Nah,
dari penganalogian singkat itu saya bisa meyakini maksud saran yang ia maksud.
Bahwa dalam proses pembenahan diri itu pertama pasti berproses, yang ke dua
membersihkan tanpa noda di mulai dari dalam terlebih dahulu, hmmm maksudnya bagaimana mendaur ulang
kesalahan yang ada tanpa perlu membuat langkah yang baru, seperti memperbarui
gelas yang baru hehehe. Dan yang
ketiga bagaimana membentuk tujuan atau goal.
Seperti yang kita ketahui bahwa gelas itu fungsinya sebagai wadah air untuk
kita minum, jika air dalam gelas kotor maka air tidak dapat diminum, begitu
mungkin menurutku sichhhh hahahaha.
Nah,
bagaimana jika diaplikasikan dengan bosan yang saya sebutkan diatas, hmmmm kalau itu saya berpendapat bahwa
yang perlu dibenahi dari peristiwa bosan itu, demi terciptanya kegiatan yang progresif
adalah pertama hargailah proses, dalam artian membuat hal kecil atau simpel
(jeli) demi menumbuhkan ke skala yang besar, seperti kisah Om Issac Newton yang
menemukan hukum gravitasi dari kegiatan nongkrong di bawah pohon apel yang
kemudian apel menjatuhi kepalanya, dari kejadian itu Om Issac Newton pun bertanya-tanya
kenapa apel jatuh dari atas ke bawah dan kemudian terciptalah hukum gravitasi
yang bermula dari peristiwa tersebut. Yang kedua meng-upgrade kekuatan skill
dan kebutuhan waktu. Salah satu penyebab masalah berproduktif adalah akibat
dilematika keahlian minim dan waktu yang terus berpacu dalam melodi hehehe. Yah, maka perlulah di upgrade dengan membuat sebuah challenge tersendiri. Begitu mungkin yachhh hehehe. Dan yang ketiga buatlah
tujuan yang sifatnya permanen yang tidak bisa diganggu gugat, bahkan jika dunia
ini menuntut hahahaha, tidak hanya
melibatkan diri sendiri namun juga kehidupan sekitar. Hmmm kalo bisa demi bangsa dan negara juga boleh hehehe.
Oke
saya rasa cukup untuk membangkitkan kembali gejolak kawula muda dan berharap
sebagai refleksi dari dilematika psikologis pada kegiatan yang sifatnya
aplikatif. Tinggal bagaimana memproyeksikannya ke kehidupan nyata. Dan saatnya
beraksi hehehehe. Semoga karya tulis
ini ada faedahnya dan berhikmah hahahaha.
Eh, tapi bagaimana dengan bosan dengan hiruk pikuk kehidupan percintaan antara
pria dan wanita, hmmmm kalau itu
bagaimana yah... : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar