Keluhan Yang Membosankan - berandaagung

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Sabtu, September 02, 2017

Keluhan Yang Membosankan

Sumber Ilustrasi: google.com
Ow shitt, i’m fucking boring. Gerutu itu menjadi kalimat pembuka yang meresahkan rasanya, namun cukup kuat menginterpretasikan situasi dan kondisi saya ketika memulai sebuah karya tulis ini. Yak, ini memang sebuah kegelisahan sekaligus resah berkecamuk yang bercampur dengan ketidakpuasan pada produktivitas aktifitas berkarya yang kian menoton dan cenderung merosot, mungkin penggunaan kata-kata itu berkesan lebay, namun memang disengaja agar memiliki imajinasi tersendiri dalam meresponnya hehehehe

Apa yang terjadi pada dirimu? Yak, kalau ditanya seperti itu mungkin jawabannya adalah kebosanan. Peristiwa kebosanan itu dipicu oleh berbagai alasan, seperti aktifitas yang terus berulang dilakukan tanpa tau setelahnya harus berbuat apa lagi. Hmmm sebut saja itu semacam deadlock. Pengartian bosan disini bukan karena menunggu suatu hal atau mengharapkan sesuatu yang berujung dengan kepalsuan akibat terlalu nafsu berharap, bukan.. bukan seperti itu. Bosan disini dalam ruang lingkup produktivitas kehidupan manusia atau menumbuh kembangkan diri yang meliputi berbagai hal, bisa dari segi literasi, bermanusia, ataupun berskeptis ria yang sifatnya aplikatif. Keadaan stagnansi pun disematkan, dimana beberapa kali berpikir soal keinginan, namun realitasnya keinginan itu tak jalan beriringan dengan kenyataan arrrggghhhhhh : ( 

Jikalau direpresentasikan konotasi bosannya seperti ketika menonton film seru, heboh, keren dan mencengangkan yang pokoknya fucking awesome ditonton dan membuat penontonnya tak beranjak dari depan layar televisi atau monitor, namun jika ditonton secara terus menerus film tersebut pada akhirnya akan menjadi bosan juga ditonton. Ataupula ketika mendengarkan lagu kesukaan pada sekantung album Mp3 dari salah satu band, namun jika didengarkan secara terus menerus ada waktunya akan bosan juga dan mengganti playlist Mp3 yang baru. Huffftttt yahhhh : (

Sehingga rasanya perlu ada semacam strategi jitu untuk memantik dan mengintimidasi mindset, agar proses penguluaran benda yang bersarang di otak ini berjalan secara aplikatif, lantas saya teringat kembali ketika terlibat suatu perbincangan santai bersama kerabat sejawat pada sebuah kongkow singkat malam itu, dimana saya menjadi seorang pendengar diantara perkumpulan manusia-manusia itu. Seorang kerabat yang rasanya seakan berkeluh kesah pada dirinya sendiri, menanyakan sebuah masalah tentang perubahan/motivasi diri dalam perspektif pembenahan diri pada kerabatnya juga, yang diyakini dapat menuai solusi, waw serius yah hehehe. Hmmmm mendengar topik kala itu, jika saya sangkut pautkan dengan masalah saya di atas, mungkin bisa dijustifikasikan itu sama saja seperti mengusir kebosanan hehehe. Dan setelah proses bertanya telah usai diutarakan, tentang bagaimana menyikapi pembenahan diri itu, lantas si penjawab pun menjawab dengan berupa saran. 

Sumber Ilustrasi: google.com
Namun dari sekian saran dari penjawab utarakan, saya paling ingat ketika momen si penjawab berkomunikasi menggunakan bahasa verbal dan non verbal, yakni sambil berbicara dia menggunakan alat peraga, dengan mengambil sebuah gelas yang berisi air teh bercampur abu rokok di dalamnya, yang sengaja dipilih yang sifat airnya keruh. Lalu dia meminta air mineral yang kemudian air mineral itupun dituang kedalam gelas berisi air keruh itu, terus dituang hingga air keruh itu meluap keluar dan tergantikan dengan air bening di dalamnya. Nah, dari penganalogian singkat itu saya bisa meyakini maksud saran yang ia maksud. Bahwa dalam proses pembenahan diri itu pertama pasti berproses, yang ke dua membersihkan tanpa noda di mulai dari dalam terlebih dahulu, hmmm maksudnya bagaimana mendaur ulang kesalahan yang ada tanpa perlu membuat langkah yang baru, seperti memperbarui gelas yang baru hehehe. Dan yang ketiga bagaimana membentuk tujuan atau goal. Seperti yang kita ketahui bahwa gelas itu fungsinya sebagai wadah air untuk kita minum, jika air dalam gelas kotor maka air tidak dapat diminum, begitu mungkin menurutku sichhhh hahahaha.

Nah, bagaimana jika diaplikasikan dengan bosan yang saya sebutkan diatas, hmmmm kalau itu saya berpendapat bahwa yang perlu dibenahi dari peristiwa bosan itu, demi terciptanya kegiatan yang progresif adalah pertama hargailah proses, dalam artian membuat hal kecil atau simpel (jeli) demi menumbuhkan ke skala yang besar, seperti kisah Om Issac Newton yang menemukan hukum gravitasi dari kegiatan nongkrong di bawah pohon apel yang kemudian apel menjatuhi kepalanya, dari kejadian itu Om Issac Newton pun bertanya-tanya kenapa apel jatuh dari atas ke bawah dan kemudian terciptalah hukum gravitasi yang bermula dari peristiwa tersebut. Yang kedua meng-upgrade kekuatan skill dan kebutuhan waktu. Salah satu penyebab masalah berproduktif adalah akibat dilematika keahlian minim dan waktu yang terus berpacu dalam melodi hehehe. Yah, maka perlulah di upgrade dengan membuat sebuah challenge tersendiri. Begitu mungkin yachhh hehehe. Dan yang ketiga buatlah tujuan yang sifatnya permanen yang tidak bisa diganggu gugat, bahkan jika dunia ini menuntut hahahaha, tidak hanya melibatkan diri sendiri namun juga kehidupan sekitar. Hmmm kalo bisa demi bangsa dan negara juga boleh hehehe.

Oke saya rasa cukup untuk membangkitkan kembali gejolak kawula muda dan berharap sebagai refleksi dari dilematika psikologis pada kegiatan yang sifatnya aplikatif. Tinggal bagaimana memproyeksikannya ke kehidupan nyata. Dan saatnya beraksi hehehehe. Semoga karya tulis ini ada faedahnya dan berhikmah hahahaha. Eh, tapi bagaimana dengan bosan dengan hiruk pikuk kehidupan percintaan antara pria dan wanita, hmmmm kalau itu bagaimana yah... : )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad