Peran Media dan Pembingkaian Berita Penjualan Pulau Indonesia - berandaagung

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Minggu, Januari 21, 2018

Peran Media dan Pembingkaian Berita Penjualan Pulau Indonesia




Kehadiran media massa memiliki peran yang sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dari aspek sosial-budaya, media adalah institusi sosial yang membentuk definisi dan citra realitas serta dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum; Secara ekonomi, media adalah institusi bisnis untuk memperoleh keuntungan dari berbagai usaha yang dilakoni; sedang dari aspek politik, media memberi ruang atau arena pertarungan diskursuf bagi kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat demokratis.
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa, antara lain (1) Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi, (2) Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat, (3) Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat, (4) Wahana pengembangan kebudayaan – tatacara, mode, gaya hidup, dan norma, (5) Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Dari segi fungsi media massa dapat dilihat dalam perspektif positivisme, bahwa media massa merupakan sarana dimana informasi disebarkan komunikator yang dalam hal ini jurnalis kepada masyarakat luas. Media massa dipandang sebagai alat yang netral dengan tugas utamanya menyalurkan pesan. Berbeda dalam perspektif konstruktivisme, media tidak hanya memiliki peran sebagai penyalur pesan, melainkan sebagai subjek dalam konstruksi sosial, yang memiliki pandangan sendiri dan keberpihakan. Media massa merupakan aktor konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Informasi yang disebarluarkan oleh media massa tidak hanya memberikan realitas sosial, melainkan juga menunjukan konstruksi sosial dari media tersebut.
Dalam berbagai fenomena sosial, media massa bertugas mendefinisikan peristiwa-peristiwa dalam berbagai perspektif sesuai dengan kepentingannya. Di samping itu juga sudah menjadi rahasia umum apabila perusahaan media massa dewasa ini sering dijadikan sebuah bagian dari kepentingan kapitalis saja. Kapitalis yang dianggap sebagai pihak yang haus dengan harta tersebut sudah menampakkan dirinya, bahkan sang pemilik pun tak ragu untuk memamerkan namanya yang kini juga haus dengan tahta. Hal ini pun turut menjadi sebuah pembicaraan menarik dalam ekonomi-politik media, sebagaimana kajian yang dilakukan Vincent Mosco yang membahas komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi dalam ekonomi-politik media.
Berkaitan dengan aktifitas ekonomi-politik media, pada Januari 2018 ini terdapat pemberitaan mengenai penjualan pulau Indonesia yang mencuat dari sejumlah media massa. Dalam pemberitaan yang beredar, dikatakan bahwa sebuah perusahaan asal Kanada, Private Island Inc. dalam situsnya privateislandsonline.com mempublikasikan penjualan dua pulau Indonesia, yaitu Pulau Ajab di Kepulauan Riau dan Pulau Tojo Una-una di Sulawesi Tengah. Informasi tersebut dihebohkan oleh sejumlah media massa sebagai peristiwa yang sangat disayangkan karena sebelumnya juga pernah terjadi kasus yang sama mengenai penjualan beberapa pulau Indonesia.
Dilansir dari pemberitaan kompas.com (18/01/2018), pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengancam akan menempuh jalur hukum apabila ada pihak yang memperjualbelikan pulau di Indonesia. Dia menegaskan pulau-pulau di Nusantara tidak boleh diperjualbelikan oleh siapapun. "Tidak boleh dilakukan. Kalau ada (yang jual), kita proses!" tegas Menteri Luhut. Berita lainnya dari detik.com (17/01/2018), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bakal memeriksa situs yang menjual pulau di Indonesia yang ramai belakangan ini. Situs privateislandsonline.com lagi-lagi menjual pulau di Indonesia. Luhut mengatakan, sampai saat ini masih belum mengetahui secara pasti kebenaran situs yang menjual beberapa pulau RI. "Saya belum tahu, saya baru dengar di running text. Itu saja, makanya saya baru mau periksa masuk kantor," kata Luhut di Komplek Istana Presiden, Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Pada kebanyakan pemberitaan dalam beberapa hari pasca publikasi yang dilakukan Private Islands, dapat diperhatikan framing atau pembingkaian isi pesan sejumlah media tidak tepat sesuai maksud dalam keterangan dari situs privateisland, dan tidak secara menyeluruh mengklarifikasikan informasi langsung ke pihak perusahaan terkait, melainkan mengarahkan konfirmasi kepada pihak pemerintah mengenai peristiwa tersebut. Pihak pemerintah sebagai bagian dari regulasi pun menanggapi isu itu tanpa penjelasan lebih jauh, namun hanya dengan catatan melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Pemberitaan yang responsif dengan topik yang “seksi” pun tersebar ke khalayak secara massif melalui media online. Mirisnya berita dari sejumlah media massa yang dianggap sebagai acuan pemberitaan dan barometer informasi banyak menampakan kesamaaan model informasi tanpa klarifikasi langsung ke pihak perusahaan terkait.
Robert Entman (1993) menjelaskan, “Framing essentially involves selection and salience. To frame is to select some aspects of perceived reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation and/or treatment recommendation for the item described”. Yang berarti, "Framing atau pembingkaian berita dasarnya melibatkan seleksi dan arti-penting. Membingkai adalah memilih beberapa aspek realitas yang dirasakan dan membuatnya lebih menonjol dalam teks komunikasi, sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi masalah tertentu, interpretasi kausal, evaluasi moral dan / atau rekomendasi pengobatan untuk item yang diuraikan ".
Pembingkaian peristiwa lazim dilakukan media sebagai komoditasnya, seperti dikatakan sebelumnya mengenai ekonomi-politik dan peran media yang pada prosesnya melakukan komodofikasi, spasialisasi, dan strukturisasi menjadi aktifitas industrinya. Berita penjualan pulau Indonesia itu pun dibuat untuk mendapatkan perhatian khalayak serta prospek bisnisnya. Menurut G. Fairhurst dan R. Sarr (1996), framing memiliki beberapa teknik, diantaranya (1) metafora – untuk membingkai ide-ide konseptual melalui perbandingan dengan yang lain. (2) cerita (mitos, legenda) – membingkai tema melalui cara-cara naratif dan yang mudah diingat. (3) tradisi (ritual, seremonial). (4) slogan, jargon – membingkai objek dengan frasa yang menarik untuk membuatnya dapat mudah diingat. (5) artifak – objek dengan nilai simbolis intrinsik – sebuah fenomena budaya yang lebih berarti dibanding objek itu sendiri. (6) kontras – untuk menggambarkan sebuah objek dalam terminologi apa yang tidak. (7) spin – untuk merepresentasikan sebuah konsep ke dalam berbagai macam cara untuk mengirimkan sebuah penilaian baik positif maupun negatif yang mungkin saja tidak tampak atau muncul guna menciptakan sebuah bias inheren dengan definisi.
Masyarakat informasi saat ini perlu mengulik isi pemberitaan yang tersebar sebagai perbincangan massa sebelum menyebarkannya lebih luas yang dengan mudah melalui media online, seperti di jejaring media sosial dan sebagainya. Media melakukan pembingkaian peristiwa untuk merangsang khalayak secara spontan sehingga dapat terlibat dan tergerus oleh arus pemberitaan. Kita ketahui dewasa ini media massa membombardir massa dengan beragam informasi dalam berbagai bentuk pembingkaian melalui Media Cetak, Media Elektronik, hingga Media Baru (internet). Seringkali khalayak pun dibuat terkecoh dengan pemberitaan dan kebanyakan para pengakses internet menyerap informasi-informasi yang mendominasi untuk disebarluaskan kembali. Khalayak tidak lagi mencoba untuk mengkritisinya, karena terlanjur menganggap benar semua informasi yang terdapat di internet. Hal itupun yang kemudian menjadi peluang dan membuat media massa mudah menggerakan massa melalui pembingkaian fenomena.
Referensi:

  • Sobur. Alex. 2004. Analisis Teks Media. Remaja Rosdakarya. Bandung
  • Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. LkiS. Yogyakarta.
  • Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Granit. Jakarta.
  • Denis  McQuail. 1987. Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa). Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad